KOAGULASI
Koagulasi
didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi
termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk
flok-flok halus yang dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid dapat
dilihat pada gambar. Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral
dari proses koagulasi Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan
menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Koagulan yang umum
dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero sulfat dan PAC.
Pengadukan cepat
yang efektif sangat penting ketika menggunakan koagulan logam seperti alum dan
ferric chloride, karena proses hidrolisnya terjadi dalam hitungan detik dan
selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutukan untuk zat
kimia lain seperti polimer (polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali,
ozone, dan potassium permanganat, tidak optimal karena tidak mengalami reaksi
hidrolisis . Jenis koagulan yang sering dipakai adalah:
a.Alumunium
Sulfat (Alum) Alumunium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] adalah salah satu koagulan
yang umum digunakan karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas yang
ada di dalam air bereaksi dengan alumunium sulfat (alum) menghasilkan alumunium
hidroksida sesuai dengan persamaan:
Al2(SO4)3.14H2O
+ 3 Ca(HCO3)2 →
3 CaSO4
+ 2 Al(OH)3 + 6 CO2 + 14 H2O
Bila air tidak
mangandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka alkalinitas perlu
ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida (Ca(OH)2) dengan
reaksi:
Al2(SO4)3.14H2O
+ 3 Ca(OH)2 →
3 CaSO4
+ 2 Al(OH)3 + 14 H2O
Alkalinitas bisa
juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan penambahan natrium karbonat.
Nilai pH optimum untuk alum sekitar 4,5-8,0.
b. Ferrous Sulfate (FeSO4)
Ferrous Sulfate
membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan reaksi
yang cepat. Senyawa Ca(OH)2 dan NaOH biasanya ditambahkan untuk meningkatkan pH
sampai titik tertentu dimana ion Fe2+ diendapkan sebagai Fe(OH)3.
Reaksinya
adalah:
2FeSO4.7H2O
+ 2Ca(OH)2 + ½ O2 →
2Fe(OH)3
+ 2CaSO4 + 13H2O
Agar reaksi
diatas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 7.0 sampai 9,5. Selain itu, ferrous
sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan klorin dengan reaksi:
3FeSO4.7H2O
+ 1,5Cl2 → Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O
Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0.
c. Ferric
Sulfate dan Ferric Chloride
Reaksi sederhana
ferric sulfate dengan alkalinitas bikarbonat alam membentuk ferric hydroxide
dengan reaksi:
Fe2(SO4)3
+ 3Ca(HCO3)2 →
2Fe(OH)3
+ 3CaSO4 + 6CO2
Sedangkan reaksi
ferric chloride dengan alkalinitas bikarbonat alami yaitu:
2FeCl3
+ 3Ca(HCO3)2 → 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 +
6CO2
Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk
reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk membentuk hidroksida. Reaksinya adalah:
2FeCl3
+ 3Ca(OH)2 → 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
FLOKULASI
Flokulasi
merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan pengelompokan/
aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses pengadukan
lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan dapat
dilihat pada gambar 2.5. Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa
partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang berukuran besar akan
mudah diendapkan.
Tujuan dilakukan
flokulasi pada air limbah selain lanjutan dari proses koagulasi adalah:
• Meningkatkan
penyisihan Suspended Solid (SS) dan BOD dari pengolahan fisik.
• Memperlancar
proses conditioning air limbah, khususnya limbah industri.
• Meningkatkan
kinerja secondary-clarifier dan proses lumpur aktif.
• Sebagai
pretreatment untuk proses pembentukan secondary effluent dalam filtrasi.
Koagulasi yang
efektif terjadi pada selang pH tertentu. Penggunaan koagulan logam seperti
aluminium dan garam-garam besi secara umum dapat mendekolorisasi air limbah
yang mengandung komponen-komponen organik. Koagulasi merupakan proses
destabilisasi muatan pada partikel tersuspensi dan koloid. Flokulasi adalah
aglomerasi dari partikel yang terdestabilisasi dan koloid menjadi partikel
terendapkan[7, 16]. Dengan informasi yang didapat mengenai jenis serta batasan
dosis optimal proses untuk koagulan dan flokulan maka dalam penelitian mulai
dapat ditentukan jenis koagulan dan flokulan yang akan digunakan serta batasan
dosis optimal sebagai langkah awal penelitian untuk mendapatkan jenis koagulan
dan flokulan yang sesuai, metode pemilihan jenis koagulan dan flokulan
dilakukan dengan metode penapisan rancangan Taguchi. Setelah didapat koagulan
dan flokulan selanjutnya dilakukan penelitian untuk penentuan dosis yang
optimum seperti pada batasan dosis optimal yang tertampil pada untuk koagulan
dan untuk flokulan. Ketika koagulan direaksikan dengan air limbah,
partikel-partikel koloid yang terdapat dalam limbah tersebut akan membentuk agregasi
atau penggabungan partikel kecil untuk membentuk partikel yang lebih besar,
sebagai akibat dari adanya perbedaan muatan antara partikel koloid dengan
koagulan. Proses koagulasi saja terkadang belum cukup untuk mengendapkan
agregat tersebut secara cepat. Penambahan polimer akan mempengaruhi kestabilan
molekul dari agregat yang terbentuk, sehingga ketika molekul dalam keadaan
tidak stabil polimer akan mudah untuk berikatan dengan agregat yang nantinya
akan membentuk agregasi baru atau disebut juga flok. Flok-flok tersebut akan
saling bergabung membentuk flok yang lebih besar proses koagulasi flokulasi ini
dapat dilihat pada Flok-flok yang terbentuk mempunyai berat molekul yang lebih
besar dari molekul air sebagai akibat dari penambahan polimer, sehingga flok
tersebut akan dengan mudah mengendap